Jangan puas dengan gelar akademis!

Udara panas Jakarta memang tak mau bersahabat dengan siapapun juga, apalagi dengan para pelamar kerja. Tidak peduli dia lulusan sarjana universitas terkemuka, ataupun lulusan SMK di pelosok Gunung Kidul sana. Tetap saja udara panas Jakarta menghampiri siapa saja.

Bagi Anda para pencari kerja, apalagi yang sudah punya gelar seabrek sampai-sampai Anda sendiri tak tahu bagaimana cara menulisnya dengan benar, jangan terlalu menyombongkan diri dengan gelar itu. Juga bagi Anda para pencari kerja yang miskin papa gelar akademis, jangan pula cepat-cepat berputus asa.

Kabar baik bagi Anda yang tidak punya gelar akademis: bahwa para rekruter jaman sekarang tidak hanya menjadikan gelar akademis sebagai senjata penentu diterima atau tidaknya seseorang untuk menjadi pekerja suatu perusahaan. Ada faktor lain yang bisa membuat Anda diterima di suatu organisasi, adalah kompetensi komunikasi dan berelasi yang menjadi faktor lain itu. Kompetensi komunikasi itu antara lain, bagaimana kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasannya di depan umum secara lisan (presentasi), bagaimana kemampuan seseorang dalam meyakinkan orang lain, menjawab pertanyaan yang tidak terduga, memberikan jawaban yang tidak terduga atau dengan sudut pandang yang tidak biasa dibahas orang lain. Sementara keterampilan berelasi (building relation) antara lain bagaimana kemampuan dia untuk dapat bekerja di dalam tim. Keterampilan menjalin relasi ini menjadi salah satu kompetensi inti yang dicari oleh para rekruter. Kompetensi ini penting karena seorang akan bekerja dalam sebuah organisasi dimana terdapat organisme (orang yang hidup). Ketika seorang tidak dapat menjalin relasi dengan baik dan wajar dengan orang lain maka dapat dipastikan dia tidak akan dapat berkinerja secara optimal.

Ada seorang yang brilian secara intelektual, seorang lulusan universitas terkemuka, namun orang itu cepat meledak-ledak (emosional) ketika dikritik atau didebat. Siapa yang tahan bekerja dengan orang seperti ini? Jawabnya, tidak ada. Maka tidak akan ada yang memakainya.

Begitulah kabar baik, bagi Anda yang tidak/belum memiliki gelar akademis. Jangan khawatir. Perkuat kompetensi berkomunikasi dan berelasi Anda. Kabar buruknya bagi Anda yang tidak bergelar, Anda tetap harus berusaha mencari gelar karena banyak sudah orang yang bergelar dan juga memiliki kompetensi komunikasi dan relasi.

Menciptakan, mengembangkan dan mengelola komitmen


Tell me and I will forget
Show me and I will remember
Involve me and I will understand



Terdapat korelasi yang amat positif dan signifikan antara komitmen dan performance. Seorang pekerja yang memiliki komitmen akan memberikan unjuk kerja yang outstanding. Sebaliknya, pekerja yang tidak memiliki komitmen akan menjadi pekerja yang performancenya poor.

Komitmen pekerja adalah sebuah penentu atau pembeda adanya pekerja yang dalam posisi sama dan pekerjaan sama namun menunjukkan hasil kerja yang berbeda-beda. Komitmen adalah sebuah sikap. Sikap keutamaan yang meletakkan apa yang diyakini sebagai baik akan ditekuni dengan sepenuh hati, sekuat budi, dan segenap tenaga.

Suatu ketika ada seorang pekerja yang pintar namun orang yang pintar itu tidak menunjukkan kepintarannya dalam bekerja, mengapa? Karena komitmen tidak ada. Tidak ada passion, tidak ada gairah, apalagi determinasi. Orang yang senang dengan pekerjaan maka akan mau dan berusaha mampu untuk mendeliver hasil kerja. Komitmen yang hendaknya diperjuangkan adalah komitmen pada perusahaan, komitmen pada profesi, dan komitmen pada pekerjaan.

Oleh karena komitme adalah sesuatu sikap yang penting maka PSDM hendaknya sudah mengenali sedari awal masuk kerja apakah seorang kandidat akan dapat menunjukkan komitmen dalam pekerjaannya. Bagaimana mendeteksi orang yang memiliki komitmen dan tidak? Apakah dia mencari kerja hanya kerena tidak ada pekerjaan lain? Apakah dia mencari kerja karena ada kesungguhan? Apakah dia mengenal baik perusahaan Anda? Intinya adalah motivasi apa sehingga kandidat melamar di perusahaan Anda.

Bagaimana menciptakan komitmen di dalam perusahaan? Pameo di atas sudah menjelaskannya. Apabila manajemen atau bagian PSDM hanya menceramahi pekerja untuk berkomitmen maka ceramah itu akan dilupakannya. Apabila manajemen dan PSDM memberikan keteladanan bagaimana berkomitmen dalam bekerja, maka para pekerja akan mengingat keteladanan itu. Terlebih apabila pekerja dilibatkan dalam proses kebijakan dan tindakan perusahaan, maka pekerja akan memahani dan mengerti lantas akan mau terlibat.

PSDM memiliki peran penting dalam menciptakan komitmen. Maka, logisnya PSDM harus memiliki komitmen pada perusahaan. Sebelum memiliki komitmen itu, PSDM sudah memiliki pandangan yang positif pada perusahaannya. Apabila seorang yang bekerja di PSDM memiliki pandangan yang negatif pada perusahaan (dan itu mendominasi paradigmanya) maka sebaiknya dia meninggalkan perusahaan itu. Jajaran line manager yang merupakan front liner PSDM juga hendaknya adalah orang-orang yang memiliki komitmen pada perusahaan.

Libatkan pekerja dalam bisnis perusahaan. Jelaskan latar belakang supaya pekerja memahami kebijakan yang diambil. Berikan investasi pada kegiatan yang memunculkan kecintaan pekerja pada perusahaan.